Sabtu, 22 Januari 2011

KH HASYIM MUZADI

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kyai Haji Abdul Hasyim Muzadi (lahir di Tuban, 8 Agustus 1944; umur 66 tahun) adalah Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU), organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. Ia pernah menjadi pengasuh pondok pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur.

Kehidupan awal

Kiai Hasyim, begitu ia akrab disapa, menempuh jalur pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah di Tuban pada tahun 1950, dan menuntaskan pendidikannya tingginya di Institut Agama Islam Negeri IAIN Malang, Jawa Timur pada tahun 1969. Pria yang lahir di Tuban pada tahun 1944 ini, nampaknya memang terlahir untuk mengabdi di Jawa Timur. Sederet aktivitas organisasinya ia lakoni juga di daerah basis NU terbesar ini.

Organisasi kepemudaan semacam Gerakan Pemuda Ansor (GP-Ansor) dan organisasi kemahasiwaan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) pernah ia pimpin. Hal inilah yang menjadi struktural menjadi modal kuat Hasyim untuk terus berkiprah di NU.

Kiprah organisasinya mulai dikenal ketika pada tahun 1992 ia terpilih menjadi Ketua Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Timur yang terbukti mampu menjadi batu loncatan bagi Hasyim untuk menjadi Ketua PBNU pada tahun 1999.

Banyak yang mafhum, sebagai organisasi keagamaan yang memiliki massa besar, NU selalu menjadi daya tarik bagi partai politik untuk dijadikan basis dukungan. Hasyim pun tak mengelak dari kenyataan tersebut. Tercatat, suami dari Hj. Muthomimah ini pernah menjadi anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur pada tahun 1986, yang ketika itu masih bernaung di bawah Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Namun, jabatan sebagai Ketua Umum PBNU lah yang membuat Hasyim mendadak menjadi pembicaraan publik dan laris diundang ke berbagai wilayah. Bisa dikatakan, wilayah aktivitas alumni Pondok Pesantren Gontor Ponorogo ini tidak hanya meliputi Jawa Timur, namun telah menasional. Basis struktural yang kuat itu, masih pula ditopang oleh modal kultural yang sangat besar, karena ia memiliki pesantren Al-Hikam, Malang, yang menampung ribuan santri.

Hasyim dikenal sebagai sosok kiai yang memosisikan dirinya sebagai seorang pemimpin Indonesia. Selain sebagai ulama, sosok Hasyim dikenal "nasionalis dan pluralis". Itu sebabnya, ketika terjadi peristiwa Black September, yakni tragedi runtuhnya gedung WTC di Amerika Serikat, yang menempatkan umat Islam sebagai pelaku teroris, kiai yang dikaruniai enam orang putra ini, tampil dengan memberikan penjelasan kepada dunia internasional bahwa umat Islam Indonesia adalah umat Islam yang moderat, kultural, dan tidak memiliki jaringan dengan organisasi kekerasan internasional. Ia adalah sekian dari tokoh umat di Indonesia yang dijadikan referensi oleh dunia barat dalam menjelaskan karakteristik umat Islam di Indonesia.

Integritas Hasyim yang lintas sektoral kini diuji. Ijtihad politik pria berusia 60 tahun ini yang menerima lamaran PDI Perjuangan untuk menjadi cawapres, merupakan bagian dari sosok dirinya yang moderat."Saya ingin menyatukan antara kaum nasionalis dan agama",” ujarnya ketika berorasi dalam deklarasi pasangan capres dan cawapres Megawati-Hasyim Muzadi.

Walaupun memang, tak sedikit yang mencibir dan menyayangkan langkah Hasyim yang terjun ke politik praktis, termasuk dengan pewaris darah biru kaum nahdliyin, Gus Dur. Bahkan, langkah politik pria yang selalu berpeci ini telah menguak perseteruan dirinya dengan Gus Dur yang telah terpendam lama. Namun di atas segalanya, hanya Hasyim yang tahu persis, makna di balik langkah politik menuju kursi kekuasaan yang kini tengah dirintisnya.

Hasyim Muzadi Karier Pengalaman Organisasi:
Ketua Ranting NU Bululawang-Malang
Ketua Anak Cabang GP Ansor Bululawang-Malang 1965
Ketua Cabang PMII Malang 1966
Ketua KAMI Malang 1966
Ketua Cabang GP Ansor Malang 1967-1971
Wakil Ketua PCNU Malang 1971-1973
Ketua DPC PPP Malang 1973-1977
Ketua PCNU Malang 1973-1977
Ketua PW GP Ansor Jawa Timur 1983-1987
Ketua PP GP Ansor 1985-1987
Sekretaris PWNU Jawa Timur 1987-1988
Wakil Ketua PWNU Jawa Timur 1988-1992
Ketua PWNU Jawa Timur 1992-1999
Ketua Umum PBNU 1999-2004
Anggota DPRD Tingkat II Malang-Jawa Timur
Anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur 1986-1987

Pendidikan Pendidikan:
Madrasah lbtidaiyah Tuban-Jawa Timur 1950-1953
SD Tuban-Jawa Timur 1954-1955
SMPN I Tuban-Jawa Timur 1955-1956
KMI Gontor, Ponorogo-Jawa Timur 1956-1962
PP Senori, Tuban-Jawa Timur 1963
PP Lasem-Jawa Tengah 1963
IAIN Malang-Jawa Timur 1964-1969
Bahasa 1972-1982

Hasyim Muzadi Diteriaki "Huuu.."
'Pesaing' utama Sahal Mahfudz, mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, disoraki.
Sabtu, 27 Maret 2010, 14:22 WIB
Hasyim Muzadi (nu.co.id)

VIVAnews - KH Sahal Mahfudz akhirnya terpilih kembali menjadi Rois Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). 'Pesaing' utama Sahal Mahfudz, mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, berkali-kali disoraki.

Pantauan VIVAnews, arena Muktamar ke-32 di Komplek Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu 27 Maret 2010, itu penuh dengan sorak-sorak suara setiap kali nama si calon disebut.

Terutama untuk kandidat incumbent KH Sahal Mahfudz. Setiap kali namanya disebut, pendukungnya langsung berteriak takbir berulang-ulang.

Tetapi tidak bagi KH Hasyim Muzadi. Ketika nama Hasyim disebut, ada teriakan lain datang dari peserta. Hasyim pun diteriaki, "Huu.. huu.. hu..."

Pada pemilihan putaran pertama dan terakhir ini muncul tujuh nama yang diusulkan total 503 suara. Mekanismenya, mereka yang suaranya di atas 99 suara berhak untuk maju ke putaran kedua.

Nama-nama yang muncul itu adalah KH Sahal Mahfud 272 suara, KH Hasyim Muzadi 180 suara, Maemun Zubair 29, Ma'mun Zuhri 1 suara, KH Solahuddin Wahid 1 suara, KH Abdullah Mukhlis 2 suara, dan Habib Lutfi 4 suara.

Usai pemilihan, Hasyim Muzadi langsung berdiri dan berkata, "Bismillah, saya tidak bersedia untuk dicalonkan menjadi Ketua Rois Aam".

Dengan demikian, mundurnya Hasyim Muzadi menjadikan KH Sahal Mahfud menjadi Rois Aam untuk yang keduakalinya. Arena Muktamar pun penuh dengan takbir.

Sementara, pendukung KH Hasyim Muzadi langsung berteriak mendukung pengunduran dirinya. Mereka bahkan menggendong dan memapah Hasyim hingga keluar gedung.

Di luar gedung,Hasyimpun langsung menaiki mobil Toyota Fortuner warna perak dgn nopol DD 117 TG.

Kiai Sahal Tak Tahu Alasan Hasyim Muzadi Mundur, Sosbud / Sabtu, 27 Maret 2010 16:31 WIBMetrotvnews.com, Makassar: Rais Aam Nahdlatul Ulama terpilih, KH Sahal Mahfudz siap merangkul Hasyim Muzadi, mantan Ketua Umum PBNU, dalam kepengurusannya pada periode 2010-2015. Hal tersebut diungkapkan Sahal setelah terpilih secara aklamasi pada Muktamar NU ke-32 di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (27/3) sore.

Kiai Sahal mengaku belum bisa memastikan posisi Hasyim nantinya. Karena masih akan membicarakan dan menyusun struktur organisasinya. "Saya berterima kasih Hasyim mundur," katanya. Sahal mengaku tidak tahu alasan Hasyim mundur: apakah bentuk tawadhu atau menghormati tradisi NU yang mempersilahkan seniornya, atau alasan lain?

Pada pemilihan tahap pertama Rais Aam dilakukan, dari 14 nama yang muncul, hanya dua nama yang lolos bertarung pada pemilihan tahap kedua, yakni mantan Rais Aam Kiai Sahal yang diusung 272 muktamirin dan Hasyim yang mengantongi 180 suara.

Namun, pemilihan tahap kedua belum dimulai, Hasyim Muzadi segera angkat kaki melihat penghitungan suara pemilihan Rais Aam lebih banyak memilih Kiai Sahal. Dia menolak diwawancari saat meninggalkan ruangan. Sebaliknya, Kiai Sahal sejak awal tidak berada di lokasi penghitungan. Sahal memilih menunggu perhitungan di ruangan di sebelah Gedung Mudzdalifah. (Ant/DOR)

 
Hasyim Muzadi: Ansor Keterlaluan Tak Libatkan Banser,Polkam / Selasa, 11 Januari 2011 21:07 
Metrotvnews.com, Jakarta: Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengingatkan Gerakan Pemuda Ansor agar tidak mengundang intervensi dari luar terkait pelaksanaan kongres organisasi kepemudaan NU itu."Tidak pernah ada intervensi yang bertujuan untuk kebaikan organisasi," kata Hasyim di Jakarta, Selasa (11/1).

Hasyim mengemukakan hal itu menanggapi protes yang dilayangkan Satuan Koordinasi Nasional (Satkornas) Barisan Ansor Serba Guna (Banser) terkait pelibatan Marinir TNI AL dalam pengamanan Kongres GP Ansor di Surabaya, Jawa Timur, 13-17 Januari 2011.

"Kalau benar kongres akan dijaga Marinir, dan tidak boleh dijaga Banser, serta adanya kolaborasi politik, itu bukan hanya kesalahan dalam mengatur organisasi, tetapi merupakan kejahatan," kata Hasyim.

Mantan Ketua GP Ansor Jawa Timur itu menilai Ansor keterlaluan, jika benar Banser tidak dilibatkan dalam pengamanan kongres.

Secara terpisah mantan aktivis GP Ansor Taufikurrahman Saleh menyatakan belum sepenuhnya yakin Marinir benar-benar mau diajak menjadi pengendali pengamanan kongres Ansor. Namun demikian, ia mendukung sikap Banser yang menolak pelibatan Marinir dalam pengamanan kongres yang digelar di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, tersebut.

Menurutnya, pelibatan Marinir dalam pengamanan kongres menandakan Banser tidak lagi dipercaya, bahkan oleh Ansor sendiri, serta hilangnya kemandirian Ansor.

"Ini salah satu indikasi adanya erosi ideologi di tubuh Ansor. Ansor kok jadi kehilangan kemandirian seperti itu ya," katanya.

Sebelumnya Kepala Satkornas Banser Tatang Hidayat dan wakilnya, Muslim Mustadjab, bersama Kepala Satkorwil Banser Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur menyatakan menolak Marinir mengamankan kongres Ansor.

"Kami menolak penunjukan Marinir menjadi pengendali keamanan kongres dan menuntut untuk dikembalikan kepada Banser," kata Tatang di Jakarta, Senin (10/1).

Banser juga memprotes diserahkannya kendali penyelenggaraan apel Banser kepada Kodam V Brawijaya, padahal Banser sudah memiliki kemampuan dan mekanisme tata upacara sendiri.

Kebijakan pelibatan Marinir dan Kodam V Brawijaya itu dianggap melanggar aturan organisasi sekaligus membuang Banser dari rumahnya sendiri. "Ini sangat melukai hati para anggota Banser yang selama ini konsisten kokoh tegar mengawal dan menjalankan misi organisasi," kata Tatang.(Ant/BEY)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Hasyim Muzadi menyambut baik pertemuan Presiden SBY dengan tokoh lintas agama. Baginya, pertemuan itu hanya silaturahmi dan bukan untuk menyelesaikan permasalahan bangsa.

"Sebagai pertemuan silaturahmi tokoh-tokoh lintas agam sangat baik. Tidak ada silaturahmi yang tidak baik.Akan tetapi, kalau niatnya menyelesaikan masalah bangsa yang berat-berat, masih jauh panggang dari apinya," sindir Hasyim Muzadi kepada Tribunnews, Selasa (18/1/2011) malam.

Hasyim menegaskan, saat ini Indonesia sudah terlanjur menjadi tricky country. Penuh dengan trik, siasat, pengalihan masalah dan rekayasa. Sehingga sesungguhnya, sindir KH Hasyim Muzadi secara halus, tidak ada masalah berat yang diselesaikan kecuali diselesaikan sebagai spektrum politik pencitraan.

"Inpres (intruksi presiden) yang banyak, sehubungan dengan protes lintas agama, harus dilihat, apakah dijalankan atau tidak. Jadi, bukan masalah pertemuan di Istana itu terbuka atau tertutup," tandasnya.

"Kalau terbuka, juga bukan jamin. Pembahasan terbuka soal Century oleh DPR selama dua bulan nonstop melalui TB yang bermula semangat melalui jargon marilah kita buka seterang-terangnya, marilah kita tutup segelap-gelapnya," sindir Hasyim Muzadi.

Kasus Gayus Tambunan yang sesungguhnya adalah masalah pajak, kini, bergeser ke masalah paspor. Sementara rakyat, imbuh Hasyim, tidak mungkin berbuat yang berarti karena dimiskinkan oleh sistem kapitalisme liberal yang absolut sehingga ada keuntungan absolut pada kekuasaan, juga pemegang uang.

Demokrasi dalam kondisi ini, akan menjadi industri. "Kita lihat saja, apakah yang hadir pemuka agama atau pengurus agama? Pemuka agama tidak perlu lagi kemasyuran karena tujuannya hanya keluhuran. Sedangkan pengurus perkumpulan agama, isi ranselnya masih aneka rasa," tuturnya.

Namun Hasyim memberi apresiasi, karena tokoh agama berkewajiban menyampaikan, manis atau pahit. "Sebaiknya, umat wait and see, sambil melihat seterusnya," KH Hasyim Muzadi mengingatkan.


Karya Tulis  :
Membangun NU Pasca Gus Dur, Grasindo, Jakarta, 1999.
NU di Tengah Agenda Persoalan Bangsa, Logo, Jakarta, 1999.
Menyembuhkan Luka NU, Jakarta, Logos, 2002.

Jumat, 21 Januari 2011

KH ASRORI AL ISHAQI





























Pidato Bpk Prof.Dr. Din Syamsuddin ( Ketum PP MUhammadiyah )










Prof KH Said Aqil Siroj dan Kiprahnya


















Qiroah Surat Yasin


















qiro' surat maryam







Qiroah Al Qur'an Juz 21 sampai dengan Juz 30



















Qiroah Al Qur'an Juz 11 s.d 20



















Qiroah Al Qur'an Juz 1 sampai juz 10























QIROAH AL QUR'AN
























CAK NUN DAN TAKHRIMAN

































Shalawat Nariyah dan lainnya

















Sejarah Nahdlatul Ulama' (NU)






KH. Hasyim Muzadi, PBNU dan Kiprahnya























PENGHARGAAN UNTUK GUS DUR HINGGA AKHIR KHAYAT BELIAU

























GUS PUR

















GUS PUR















Kongkow Gusdur Ep. 7 "Krisis dunia Islam"











Kongkow Gusdur Ep. 5 "Humor dan agama" part 1,2,3,4, DAN 5

















Tausiyah Gus Dur





lawakan gusdur






Gus Dur vs DPR.avi


ABUNAWAS makelaar pajak. -- Word & music by Yopie doank , dan doa Abu N awas





TENGKORAK FIRAUN dan orang-2 yg Kufur pada Allah SWT








"Kufur & Syukur" 1, 2 dan 3








"Syurga Di Bawah Telapak Kaki Ibu" 1 dan 2





kobil dan habil part 5 end dan cerita anak muslim





Kisah Kobil dan Khobil 3 dan 4